Dewasa ini lingkungan menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat. Lingkungan mulai terancam oleh berbagai dampak yang ditimbulkan oleh alam itu sendiri maupun berbagai aktifitas manusia. Dari tahun ke tahun, lingkungan mulai menampakkan perubahan yang signifikan. Karena itu lah, muncul suatu permasalahan yang disebut isu lingkungan. Isu lingkungan merupakan isu yang sangat luas, hal tersebut berdampak langsung pada kehidupan makhluk hidup beserta tempat tinggal hidupnya karena kompleksitas permasalahannya yang menyangkut aspek-aspek krusial serta kelompok ilmu-ilmu eksakta yang berkaitan langsung dengan studi physical environment itu sendiri, seperti biology, chemistry, geology, forestry dan sebagainya. Oleh karena itu, Divisi Flora dan Lingkungan Himbio Unpad mengadakan diskusi ilmiah online dengan nama BIOTOPE. BIOTOPE (Brainstorming In Order To Protect Environment) merupakan suatu kegiatan dalam bentuk diskusi terbuka yang bersama-sama mendiskusikan isu lingkungan yang sudah ditentukan serta menemukan solusi yang dapat dilakukan dalam mengurangi masalah tersebut. Diskusi ilmiah online ini, berbentuk suatu forum dengan mengumpulkan pendapat dari berbagai pemahaman dan sudut pandang peserta diskusi. Diharapkan mendapat suatu titik temu atau jalan keluar dalam mengatasi permasalahan lingkungan yang marak terjadi. Untuk temanya sendiri dalam diskusi ilmiah online kali ini yaitu Pengaruh Penumpukkan Sampah Dalam Pandemi COVID-19 Terhadap Climate Change.
Sampah adalah barang yang sudah dibuang karena sudah tidak terpakai lagi dan lain sebagainya. Sampah secara umum dibagi 2, sampah organic dan anorganik. Sampah seharusnya terurai secara alami oleh alam, misalnya daun yang akan terurai olehmikroorganisme, serangga, cacing, jamur, dan lain-lain, akan kembali ke tanah sebagai unsur hara dan akan dimanfaatkan kembali ke tanaman dan menjadi daun kembali. Namun proses ini juga mengeluarkan gas emisi karbondioksida.
Mengelola sampah salah satunya dengan cara pengurangan dan penanganan sampah itu sendiri. Kemudian, memakai ulang barang yang berguna. Seringkali ini dianggap tidak penting. Mengurangi tidak kalah pentingnya dengan penanganan. Plastik dibuat oleh minyak bumi. Plastik sekali pakai hanya dipakai sekejap saja dan bocor ke lingkungan menjadi sampah sehingga hanya mencemari lingkungan saja. Plastik dipakai di berbagai produk dan tanpa sadar dapat mencemari lingkungan seperti pada pakaian dan kosmetik. Terhitung, 4-8% penggunaan plastik dari konsumsi keseluruhan secara global. Pada tahun 2050, penggunaan ini diperkirakan mencapai 20%.
Plastik mempengaruhi perubahann iklim. Ketika sudah digunakan, bisa diolah kembali, disimpan di TPA, atau di incenaration. Tapi ketiga hal ini masih perlu ditingkatkan. Di Indonesia sendiri perlu ditingkatkan alat incinerator. Namun hal ini masih terkendala karena biayanya cukup besar dan juga dikatakan masih menimbulkan polusi. Mengenai mikroplastik yang sudah masuk ke rantai makanan biota laut seperti ikan. Kemudian, banyak garam di lautan Indonesia juga sudah tercemari mikroplastik dan mengancam biota laut yang ada di laut. Sampah plastik lainnya juga dapat mengakibatkan satwa laut celaka seperti terjerat dan terperangkap serta mengakibatkan system pencernaannya terganggu. Mikroplastik juga mengganggu plankton dan alga dalam fotosintetis serta menyerap CO2 dari laut.
Tingkat daur ulang plastik di Indonesia hanya 9%, pengumpulan kembali sampah yang dikonsumsi harus di tingkatkan. Belanja tanpa plastik selama pandemic covid-19 merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan. Mengurangi penggunaan plastik dengan memberikan ‘permintaan’ kepada pihak-pihak yang menyiapkan jasa dan barang untuk tidak memberikan bahan-bahan yang terkandung plastik.
Dari kementerian lingkungan hidup pada tahun 2030 akan ada pelarangan untuk penggunaan beberapa plastik. Dilakukan pada tahun 2030 karena diperlukan banyak riset sebelum peraturan tersebut dilaksanakan. Di daerah-daerah banyak sekali pemanfaatan bahan organic untuk bahan pembuatan plastik, dan hal ini bisa ditingkatkan.
Ada banyak sekali masalah sampah. Apabila bicara sampah, maka berbicara mengenai barang-barang yang telah kita konsumsi, semuanya akan menjadi sampah. Bahkan barang-barang yang tahan lama ataupun tidak semuanya akan menjadi sampah. Jika tidak dikelola dengan baik maka akan menjadi masalah dan sudah dibicarakan dalam lembaga-lembaga Internasional. Indonesia juga sudah dikenal selain sebagai pembuang sampah paling banyak kedua, Indonesia juga pembuang makanan ke-2 Bahkan, makanan, setelah habis dimakan pun tetap akan ada sampahnya, seperti pembungkusnya dan lain-lain. Usia pakai pembungkus makanan ini sangat pendek.
Sampah memiliki bau yang tidak sedap karena terdapat mikroorganisme yang hidup disana untuk melakukan penguraian oleh mikroba mikroba. Pembusukan ini dilakukan oleh bakteri aerobic dan anaerobic. Saat tertutup plastik, bakteri anaerobic akan menguraikan bahan-bahan dari sampah. Pembusukan anaerobic ini menimbulkan bau-bau yang tidak sedap tersebut.
Perubahan gaya hidup membuat sampah semakin banyak dan bau. Hal ini dikarenakan pada jaman dulu penggunaan plastik masih jarang digunakan. Pada tahun 2000-an plastik dipakai sebagai tempat sampah, sehingga menyebabkan sampah-sampah ini semakin bau. Gas metana mempengaruhi proses sampah yang mengeluarkan bau meski gas ini sendiri tidak berbau. Sampah basah, meski tidak begitu banyak secara keseluruhan, namun densitasnya tinggi sehingga menimbulkan bau. Proses pembuangan sampah: angkat kumpul – TPS – Buang.
Mengenai perubahan iklim dan pemanasan global, pada tahun 1896 dikatakan bahwa gas dapat mempengaruhi pemanasan global. CO2 dapat mempengaruhi suhu di atmosfer. Biota yang ada di laut sangat dipengaruhi oleh suhu. Sehingga, pemanasan global dapat menyebabkan plankton-plankton berkurang.
Kemudian, gas rumah kaca tidak hanya dihasilkan dari CO2 namun dari transportasi, peternakan dan pertanian. Peternakan mengeluarkan gas metana juga. Global Warming Potensial dari gas metana, 10-20x berbahaya dari CO2. Gas NO2 juga berpengaruh terhadap global warming. Sampah organic yang tertutup plastik lebih menghasilkan gas metanajuga, sehingga mendorong terjadinya global warming.
Hubungan antara covid-19 dengan sampah yaitu semakin banyak limbah medis seperti limbah masker yang harus diolah, dan masker sendiri mempunyai bahan-bahan yang berbahaya dan sulit untuk diolah, sehingga menimbulkan banyak masalah. Sejak adanya masa pandemic sampah dari industri medis meningkat sebanyak 1.100 ton dari bulan Maret hingga Juni 2020 menurut KLHK.
Sampah yang dihasilkan tiap individu perharinya sekitar 0,8 kg, belum lagi yang tidak dapat terdegradasi dimana yang di daur ulang kurang dari 20%. Sampah yang meningkat dikala pandemic berasal dari plastic, medis, makanan, dan limbah plastic belanja online. Dalam 26 miliar cup kopi digunakan = 9,4 juta pohon yang ditebang = mengasilkan 363 juta sampah. Banyaknya hewan yang memakan sampah dikarenakan diprediksi 2050 laut Indonesia akan dipenuhi oleh sampah, bahkan Mentri Susi memprediksikan pada tahun 2030 hal tersebut akan terjadi. Gas yang akan menyebabkan berkurangnya komposisi atmosfer diantaranya karbon dioksida “CO2” (kendaraan dan pabrik), nitrogen dioksida “NO2” (pembakaran hutan), gas metana “CH4” (Peternakan dan sampah sisa makanan), chloroflurocarbon “CFC” (kulkas, AC). Solusi mudah mengelola sampah pertama adalah mengurangi sampah, mencoba lebih bijak dan memilah sampah-sampah, contohnya memakai totebag. Kedua adalah memilah sampah dari jenis-jenisnya, setidaknya coba di lingkungan sekitar kita. Ketiga adalah membuat kompos yang berasal dari limbah organic, dapat dikompos melalui biopori. Bijak dalam mengambil tindakan seperti ketika membeli sesuatu.
Solusi lain yang dapat dilakukan dari hasil diskusi yaitu memanfaatkan limbah plastic menjadi botol yang tidak dapat didaur ulang (ecobrick), limbah dari pupuk yang menggembung dengan pemrosesan termal bisa didapat produk akhir berupa serat panjang yang bisa dijumpai di pabrik kertas, mengurangi kegiatan belanja online, menggunakan masker kain yang bisa dicuci pakai ulang, menggunakan tas ramah lingkungan seperti totebag yang bisa digunakan berulang, mendaur ulang sampah untuk bikin kreasi dari sampah, mengurangi membeli makanan secara online agar tidak memperbanyak penumpukan sampah serta diadakannya kerja sama antara masyarakat dengan pemerintah untuk mengatasi masalah sampah tersebut.
Berikut adalah informasi mengenai pengelolaan limbah medis seperti masker:
Comments